Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Marah Sore-Sore

Banjarmasin, 28 Oktober 2015 Aaaaaaaaaaaa Seubelun pisan poe ayeuna teh. sebelumnya aku minta maaf kalau judulnya nggak nyambung ya. aku bingung mau ngasih judul apa, soalnya isinya juga nggak jelas. Tadi jadwal kuliah sejarah asia timur kan jam 15.45 wita, trus aku sampai di depan ruangan jam 15.40 wita waktu jam tanganku itupun kelebihan lima menit. Sesampainya di sana banyak teman-temanku yang duduk di depan ruangan. Mereka bilang, sudah tidak boleh masuk sama Asisten Dosennya. Emang, sih minggu lalu sudah disepakati untuk tepat waktu.  Tapi kami kan belum terlambat, dianya aja yang masuknya terlalu cepat. Akhirnya aku sama teman-temanku duduk di meja daging. Ketiga temanku lagi asyik selfie, aku ngelanjutin novel Dong Mu yang belum selesai kubaca. sambil berpikir, sebenarnya syukur juga sih kalau tidak boleh masuk, aku kan bisa ngelanjutin novelku. Tapi kok rasanya dongkol ya, padahal belum telat (berdasarkan jam tangan ku sama jam tangan temanku). Huft, aku pengen ...

Warna Hidup

Kulayari wajahnya Tanpa senyum namun tulus Menghitung satu, dua lembar kertas, kemudian membagikannya Jilbab biru tua dipadu dengan dalaman warna putih Ia terlihat anggun Dengan wajah bulat yang diterpa cahaya pagi dari sebelah kiri Membuatku merenung Bagaimana kesan dan perasaan orang asing yang baru melihatnya ? Apa yang orang asing tebak tentang sifatnya ? Apakah seperti saat aku membencinya ? Apakah sama seperti saat aku mengaguminya ? Ya, manusia hidup diantara dua ekstrim yang berbeda Antara hitam dan putih Berarti ada banyak warna di dalamnya Warna saat ia didekatku Warna saat ia didekat orang banyak Aku tak punya hak untuk memvonis Orang itu baik, buruk, punya inner, outer,, …… Semua orang itu sama, punya banyak warna

Sinopsis buku Taira No Masakado

Judul buku : Taira No Masakado, Kisah tentang Cinta, Darah, & Air Mata Nama penulis : Eiji Yoshikawa Buku ini menceritakan seorang tokoh masa lalu bernama Taira No Masakado yang hidup pada abad ke 10, ketika Jepang Timur masih dianggap primitiif. Cerita ini bermula ketika Soma no Kojiro (nama kecil Masakado) seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang telah ditinggal mati oleh ayahnya, Yoshimochi yang merupakan seorang penguasa tanah di wilayah Toyoda di Shimosa dataran Bando. Semenjak kematian ayahnya, Kojiro seluruh harta benda dan warisannya dititipkan kepada ketiga pamannya agar dikelola dan diserahkan kembali hingga Kojiro dewasa nanti. Namun malangnya, justru ketiga pamannya itu justru memanfaatkan harta titipan itu untuk memperkaya diri mereka dan menganggap warisan itu milik mereka. Tidak cukup dengan merampas harta warisan titipan ayah Kojiro, ketiga paman itu justru berusaha melenyapkan Kojiro dengan mengirimnya ke ibukota tanpa pengawal hingga menjadi pelayan...

Dialog Imajiner

Hai, sudah lama ya aku tidak membuka blog ini. Bukan karena apa-apa, hanya saja, ah, aku bahkan tak punya alasan apapun untuk memberitahumu kenapa aku lama tak mengiisi blog ini lagi. Lagi pula aku tak perrnah mengelola blog ini dengan serius sebelumnya, bukan? Jadi aku yakin kau tak pernah merasa kehilanganku selama ini. Nah kan, apa juga kubilang, sudah ku duga. Kabar mereka? Ciceu ngambil akuntansi di Unigal, Teh Dini, Vidi, sama Opik ngambil pertanian di Unigal juga. Kalo Rohim entah ngambil pertanian atau bahasa inggris. Di Unigal juga. Nchy ngajar di Pasawahan sambil UT jurusan bahasa Inggris. Mereka hebat-hebat beneran. Teh Giwang dengan segala aktivitas dan karyanya. Redi udah ke jepang ikut program dari kampusnya. Eh, diaa dulu yang ngajarin aku bikin blog. Aku? Malu ah. Yang lain udah punya urusan masing-masing. Lia udah punya anak. Perempuan, namanya Keyla. Okeh. Biar kuberitahu, sekarang aku sudah (jadi) mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah tingkat II di Univer...