aku, gadis yang sama sore itu,
berjalan dengan langkah gontai tanpa alas kaki,
terdiam, memandang gundukan barang-barang bekas di depanku
aku masih gadis yang sama dengan kucir kuda,
menenteng karung dipundakku dan sebatang kawat di tanganku
mengobrak-abrik gundukan yang orang-orang tak sudi berada di depannya
air mataku leleh, melihat kawan yang lain berseragam putih merah sambil menenteng tas biru
andai aku bisa mengobrak-abrik ilmu,
tapi nyatanya
aku ? karung inilah wadah ilmuku
segala pusat gerakku
tuanku, adikku menangis, meminta jajan
ibuku duduk di sudut pengasinan
ayahku di balik jeruji besi
jadi mana mungkin.....
tuanku, hatiku menangis ingin menenteng tas di pundakku,
belikan tuan, wahai tuan yang bersepatu mengkilap
izinkan aku duduk di bangku kelas bersama kawan
maka aku akan membalas jasamu dengan mengubah kawan-kawan ku yang lain
berjalan dengan langkah gontai tanpa alas kaki,
terdiam, memandang gundukan barang-barang bekas di depanku
aku masih gadis yang sama dengan kucir kuda,
menenteng karung dipundakku dan sebatang kawat di tanganku
mengobrak-abrik gundukan yang orang-orang tak sudi berada di depannya
air mataku leleh, melihat kawan yang lain berseragam putih merah sambil menenteng tas biru
andai aku bisa mengobrak-abrik ilmu,
tapi nyatanya
aku ? karung inilah wadah ilmuku
segala pusat gerakku
tuanku, adikku menangis, meminta jajan
ibuku duduk di sudut pengasinan
ayahku di balik jeruji besi
jadi mana mungkin.....
tuanku, hatiku menangis ingin menenteng tas di pundakku,
belikan tuan, wahai tuan yang bersepatu mengkilap
izinkan aku duduk di bangku kelas bersama kawan
maka aku akan membalas jasamu dengan mengubah kawan-kawan ku yang lain
Komentar
Posting Komentar