Langsung ke konten utama

LANDASAN PANCASILA SEBAGAI KONSEP FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

 Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan  manusia dengan makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali dengan kemampuan berpikir dan belajar.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungsi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu di masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, nilai-nilai yang dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban.
Pendidikanlah yang akan menjamin manusia terus berkuasa di dunia ini. Melalui proses pendidikan manusia akan terus mengembangkan kemampuannya. Aksioma ini tidak terbantahkan. Hal yang menjadi persoalan adalah bagaimana teknisnya pendidikan dilaksanakan. Kenyataannya, jumlah manusia yang miliaran di dunia ini mengalami kondisi yang beragam (Nurani Suyomukti, 2015: 5).
Landasan pendidikan merupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Adapun cakupan landasan pendidikan adalah : landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai landasan filsafat.
Berpikir filsafat dalam pendidikan adalah berfikir secara mengakar/ menuju akar atau intisari pendidikan. Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah seputar landasan filsafat Pancasila dalam pendidikan di Indonesia. Kegiatan pendidikan di Indonesia bukanlah sekadar gejala sosial yang bersifat rasional semata mengingat kita mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia dengan segala karakteristik dan ciri khasnya.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan makalah ini adalah :
1.      Bagaimana Pengertian, Fungsi, Tujuan, Objek kajian, dan kebutuhan akan filsafat pendidikan?
2.      Bagaimana Pancasila sebagai Konsep Filsafat?
3.      Bagaimana Pancasila sebagai Landasan Filosofis Pendidikan di Indonesia?

C.     Tujuan  Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui pengertian, fungsi, tujuan, objek kajian, dan kebutuhan akan filsafat pendidikan.
2.      Mengetahui Pancasila sebagai konsep filsafat.
3.      Mengetahui Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan di Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Landasan Filsafat

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti : apakah pendidikn itu? Mengapa pendidikan diperlukan? Apa tujuan pendidikan? Dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat falsafah. Kata filsafat (philosophy) berasal dari bahasa Yunani, Philien yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita Hanafi, 2007 dalam Wulandari, 2012).
Terdapat kaitan yang erat antara penddikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pendiikan, dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Filsafat pendidikan merupakan jawaban secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, dan bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan itu.
Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saa. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis. Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi, logika, dan etika dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut:
1.      Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Dalam kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu:
a.       Manusia pada hakekatnya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh, yang lain adalah semua. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasikan diri.
b.      Manusia adalah organisme materi. Pendidikan adalah untuk hidup. Pendidikan berkewajiban membuat kehidupan manusia menjadi menyenangkan.
2.      Epistemologi adalah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, dengan rincian sebagai berikut:
a.       Ada lima sumber pengetahuan yaitu:
1)      Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi, buku teks yang baik, rumus dan tabel.
2)      Common sense, yang ada pada adat dan tradisi.
3)      Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
4)      Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
5)      Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
b.      Ada empat teori kebenaran yaitu:
1)      Koheren yaitu sesuatu akan benar bila konsisten dengan kebenaran umum.
2)      Koresponden, sesuatu akan benar bila ia tepat dengan fakta yang dijelaskan.
3)      Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya bermanfaat bagi kehidupan.
4)      Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
5)      Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat logika diharapkan manusia bisa berpikir dengan mengemukakan pendapatnya secara benar dan tepat.
c.       Etika adalah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia. Nilai dan norma masyarakat serta aaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan perilaku manusia, antara lan afeksi peserta didik. (Made Pidarta, 1997 dalam Wulandari, 2012).
kajian yang telah dilakukan oleh berbagai cabang filsafat di atas, akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip kebenaran-kebenaran dalam hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam pendidikan terseut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
1.    keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini.
2.    Masyarakat dan kebudayaannya.
3.    Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantangan.
4.    Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.


B.     Pancasila sebagai Konsep Filsafat
Pancasila sebagai konsep filsafat memiliki nilai-nilai luhur yang menjiwai kehidupan bangsa Indonesia, karena di dalamnya mengandung muatan-muatan filosofis yang dapat dikaji dan diyakinkan kebenarannya.
1.    Pancasila dan metafisika
Bangsa Indonesia meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai causa prima. Keyakinan ini menjadi pondasi terhadap seluruh perilaku bangsa Indonesia untuk kehidupan bernegara.
2.    Pancasila dan epistemologi
Salah satu pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 adalah negara hendaknya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pokok pikiran ini mengandung makna bahwa negara berupaya meningkatkan keadilan, kesejahtaraan hidup rakyat melalui pembangunan di segala bidang. Semuanya harus didukung melalui pengembangan ilmu pengetahuan.
3.    Pancasila dan aksiologi
Ilmu dan teknologi merupakan pondasi suksesnya pembangunan. Namun sukses tersebut memerlukan disiplin dari manusianya. Nilai dasar Pancasila adalah kemerdekaan seperti tercantum pada alinea 3 pembukaan UUD 1945. Nilai kemerdekaan sebagai modal dasar bangsa Indonesia untuk lebih maju dalam keadilan dan kemakmuran rakyat.

C.     Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Pendidikan di Indonesia
Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat negara, yakni Pancasila. Pancasila patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang. Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Rincian selanutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan pembangunan nasional termasuk pendidikan adalah pengamalan Pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”. Sedangkan TAP MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) menegaskan pula bahwa Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud bangsa manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dengan kata lain: Pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pendidikan.
        P4 atau eka prasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan. Perlu ditegaskan bahwa pengamalan Pancasila itu haruslah dalam arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu, sebagai yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Belum ada upaya mengoperasionalkan Pancasila agar muda diterapkan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, termasuk penerapannya dalam dunia pendidikan. Kalaupun ada bidang studi menyangkut moral Pancasila sebagian besar diterapkan seperti melaksanakan bidang-bidang studi lain. Pendidik mengajarkannya kemudian peserta didik berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan pendidik dalam ujian-ujian.
Sementara itu dunia pendidikan di Indonesia belum mempunyai konsep atau teori-teori sendiri yang cocok dengan kondisi, kebiasaan atau budaya Indonesia tentang pengertian dan cara-cara mencapai tujuan pendidikan. Sebagian besar konsep atau teori pendidikan diimpor dari luar negeri sehingga belum tentu valid untuk diterapkan di Indonesia.
Teori-teori biasa didapat dengan cara belajar di luar negeri, atau dengan cara melakukan studi banding. Dan yang paling banyak dilakukan adalah dengan mendatangkan buku atau membeli buku dari negara lain. Inilah sumber konsep pendidikan di Indonesia. Kalaupun ada usaha menyusun sendiri konsep pendidikan sebagian besar juga bersumber dari buku-buku ini. Begitu pula tentang konsep pendidikan yang ditatarkan dalam penataran-penataran pendidikan juga bersumber dari buku-buku. Dengan demikian dapat diibaratkan membuat manusia Indonesia yang dicita-citakan seperti menerpa patung dengan cetakan luar negeri. Hasilnya tentu tidak sama persis seperti manusia yang dicita-citakan, karena cetakan itu sendiri belum ada di Indonesia.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam sampai ke akar-akarnya, sedang kebenaran ilmu itu bersifat relative, karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang diamati dan hanya sebagian kecil saja. Pendidikan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau Eka Prasetya Panca Karsa adalah sebagai bentuk petunjuk operasional pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari termasuk di dalamnya adalah bidang pendidikan. Untuk mengembangkan Ilmu pendidikan yang bercorak indonesia sevara valid, terlebi dulu dibutuhkan pemikiran dan perenungang itu adalah filsafat yang membahas pendidikan yang tepat diterapkan di Indonesia. Di Indonesia belum mempunyai teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang bercorak Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA

Nurani Soyomukti. 2015. Teori-Teori Pendidikan dari Tradisional, Neo Liberal, Marxis Sosialis, Hingga Postmodern.Yogyakarta: Ar Ruz Media
Wulandhary. 2012. Landasan filsafat Pendidikan di Indonesia. http://wulandhary.blogspot.co.id/2012/06/landasan-filsafat-pendidikan-di.html (Online) diakses pada Minggu, 12 Juni 2016 pukul 16.00 WITA
Zuu Liana. 2015. Pemikiran Filsafat Pendidikan di Indonesia. http://zuuliana.blogspot.co.id/2015/04/pemikiran-filsafat-pendidikan-di.html (Online) diakses pada Minggu, 12 Juni 2016 pukul 15.25 WITA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkuman Buku DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN edisi 2 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto BAB I- IV

BAB I PENDAHULUAN 1.       Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian merupakan tiga istilah yang berbeda meski sering diartikan sama tergantung saat penggunaannya. a.        Mengukur (measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Ukuran sendiri mempunyai dua macam, yakni ukuran yang terstandar (seperti meter, kilogram, dsb. ) dan ukuran tidak terstandar (depa, jengkal, langkah, dsb.) b.        Menilai (evaluation) adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian dilakukan setelah mengukur. c.        Evaluasi meliputi dua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai. 2.       Penilaian Pendidikan Evaluasi adalahh proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal ...

naskah drama kelas XI smk pasawahan oleh nurdhianti

w   Ringkasan Cerita : Permasalahan di dunia pendidikan seringkali terjadi tanpa kita sadari, atau mungkin kita menyadarinya namun kita ( pendidik maupun yang dididik) tidak mampu  mengendalikannya. Dimulai dari hal-hal kecil seperti peraturan yang tidak sesuai dengan siswa, hubungan antar murid dengan teman sebaya, murid dengan guru, maupun guru dengan murid. Sekolah adalah tempat untuk mengembangkan karakter murid, karena sekolah adalah  rumah kedua setelah rumah orang tua. Enam hari dalam seminggu, kita selalu berada di lingkungan sekolah. Berinteraksi dengan teman sekelas, dengan guru yang mengajar adalah makanan sehari-hari untuk menentukan bagaimana cara kita menghadapi orang lain, entah itu yang tua, ataupun sepantaran. Sekolah bisa diumpamakan dengan laboratorium hidup tempat melakukan berbagai eksperimen kehidupan. Banyak masalah-masalah yang cara menyikapinya adalah embrio dari karakter kita.  Drama ini mengisahkan tentang berbagai permasalahan umum yang t...

RESENSI BUKU “SEJARAH TIMUR TENGAH (ASIA BARAT DAYA)”

Oleh Siti Nurdianti Judul Buku                : Sejarah Timur Tengah  (Asia Barat Daya) Penulis                        : Yusliani Noor Penerbit                      : Ombak Kota Terbit                : Yogyakarta Tahun Terbit             : 2014 Tebal                          :xii+437 halaman Harga                         : Rp....