*disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian Kurikulum Pembelajaran Sejarah PSP Sejarah FKIP ULM TA 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mengajarkan
sejarah berarti mengajarkan tentang nilai kehidupan. Keunikan ini menyebabkan
diperlukannya strategi khusus dalam pembelajaran sejarah. Bukan sekedar
menguasai materi, pengajar sejarah juga dituntut untuk menguasai strategi
mengajar sejarah. Sebagai proses interaksi dan rekonstruksi pengalaman,
pembelajaran sejarah memerlukan kejelian pengajar untuk merancang pembelajaran
sesuai dengan kemampuan siswa (Susanto, 2014).
Dalam
implementasi pembelajaran sejarah, pengajar atau pendidik telah diatur dalam
kurikulum yang menggawangi tujuan dari pembelajaran sejarah itu sendiri. Menurut
Heri Susanto (2014), tujuan pembelajaran berhubungan erat dengan tujuan
kurikulum pendidikan sejarah, selanjutnya tujuan pembelajaran harus mengacu
pada kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Perubahan
kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum
2013 tentu membuat strategi mengajar pelajaran sejarah menjadi berbeda.
Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pelajaran Sejarah hanya diberikan 2
jam pelajaran untuk kelas X dan 1 jam
pelajaran untuk kelas IPA serta 3 jam pelajaran untuk IPS. Hal ini dirasakan
kurang karena karakter bangsa dan anak bangsa bisa dibangun dengan sejarah (Priyo,
2016).
Pada
perubahan dan implementasi kurikulum 2013 harus diantisipasi dan dipahami oleh
berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki
kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, yang
akan menentukan proses dan hasil pendidikan. Sekolah sebagai pelaksana
pendidikan, baik kepala sekolah, guru maupun peserta didik sangat
berkepentingan dan akan terkena dampaknya secara langsung dari setiap perubahan
kurikulum (Mulyasa, 2006: 4). Terkait dengan mata pelajaran sejarah yang harus
diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA), begitu pula harus dipahami oleh
sekolah dan tenaga pendidik agar pembelajaran sejarah dapat terlaksana dengan
baik.
Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas hal-hal yang terkait dengan implementasi
Kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran sejarah di SMA.
B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi :
1.
Bagaimana
implementasi kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA?
2.
Apa saja Model-model dipakai dalam pembelajaran sejarah
SMA berdasarkan
kurikulum 2013?
3.
Bagaimana
cara menilai pembelajaran sejarah di SMA berdasarkan kurikulum 2013?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut
:
1.
Untuk mengetahui implementasi pelaksanaan kurikulum
2013 dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA.
2.
Untuk mengetahui
model-model yang digunakan pada pembelajaran sejarah SMA berdasarkan kurikulum 2013.
3.
Untuk mengetahui cara menilai pembelajaran sejarah di SMA berdasarkan
Kurikulum 2013
D. Metode
Penulisan
Makalah ini ditulis berdasarkan studi pustaka dari sumber-sumber yang
relevan dengan judul makalah. Sumber yang kami ambil berasal dari buku-buku,
internet, dan jurnal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Implementasi Kurikulum
2013 dalam pembelajaran sejarah SMA
Implementasi kurikulum adalah penerapan
atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap
sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil
senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan, karasteristik
peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
berbasis kompetensi dan karakter. Kurikulum 2013 bukan merupakan hal yang baru,
tapi kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan rujukan dari kurikulum
sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ke Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Jiwa kurikulum 2013 diyakini memiliki posisi
yang kokoh untuk mengantar generasi Indonesia sebagai generasi emas pada tahun
2045 mendatang. Oleh karena itu, kurikulum ini disesuaikan dengan batas-batas
tertentu yang dapat diharapkan menjadi jawaban atas berbagai tantangan.
Pengembangan Kurikulum 2013 juga
menekankan penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum,
pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian
beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan
(Anonim, 2013). Oleh karena itu, pendekatan scientific
menjadi salah satu perubahan dan komponen penting dalam proses pembelajaran
Kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran dengan tahapan-tahapan keilmuan yang
jeas dan tersistem.
Tahap-tahap tersebut dimulai dari
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengembangkan jejaring atau
komunikasi. Kelebihan Kurikulum 2013 tahapan-tahapan pendekatan scientific ini tidak hanya ada pada
desain Kurikulumnya tetapi juga sampai di depan, karena dalam RPP sudah
dirancang untuk melaksanakan tahapan-tahapan tersebut. Dalam konteks mata
pelajaran sejarah, pada Kurikulum 2013 di organisasi isi juga terdapat inovasi
dan perubahan yang boleh dikatakan spektakuler, yaitu mapel (mata pelajaran)
Sejarah Indonesia sebagai mapel wajib untuk sekolah menengah, baik SMA/MA
maupun SMK/MAK dan ada mapel Sejarah sebagai salah satu mapel pada peminatan
ilmu-ilmu Sosial. Dikatakan spektaluler karena selama ini oleh masyarakat dan
juga peserta didik pada umumnya mapel Sejarah itu perupakan pelajaran yang
tidak penting dan cenderung menjemukan (Anonim, 2013).
Perubahan dalam kurikulum ini merupakan
pembalikan pola pikir. Sejarah Indonesia dijadikan mata pelajaran wajib,
sebagai alat pendidikan yang lebih menekankan pada pengembangan perspektif dan
nilai-nilai kebangsaan bagi peserta didik. Sementara mapel sejarah pada
peminatan sosial berada dalam satu rumpun dengan ekonomi, sosiologi,
antropologi, serta geografi, lebih menekankan pada pengembangan keilmuan.
Dengan perubahan tersebut menunkukkan bahwa mapel sejarah sebenarnya memiliki
posisi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Inovasi penting yang dikembangkan dalam
mapel Sejarah Indonesia dan Sejarah adalah kontinuitas pembelajaran antara
sejarah nasional dan sejarah lokal. Sejarah nasional menjadi payung untuk
mengenal bangsa dan sejarah lokal untuk mengenal masyarakat di sekitarnya serta
keduanya merupakan peristiwa yang terkait satu dengan lainnya. Kejadian dalam
peristiwa sejarah nasional diikuti dan diperkuat oleh gerak sejarah lokal.
Selain itu, melalui pelajaran sejarah, peserta didik diajak untuk melihat
keberlanjutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa yang
terkait dengan perkembangan sejarah.
Alokasi waktu yang disediakan
berdasarkan data tabel dalam tulisan Prof. Dr. H. S. Hamid, MA (2013 : 22-23),
Sejarah Indonesia mendapatkan 2 jam per minggu setiap jenjangnya, baik X, XI,
maupun XII. Sedangkan untuk peminatan terdapat sedikit perbedaan, kelas X
diberikan waktu 3 jam dan kelas XI dan XII 4 jam per minggunya.
Pelajaran sejarah berdasarkan kurikulum
2013 menjadi tantangan baru bagi guru sejarah, karena siswa diberikan kebebasan
untuk memilih materi yang ingin dipelajari. Selain itu, guru sejarah juga akan
mengajar dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pelajaran lainnya
karena pelajaran sejarah sebagai pilihan di semua tingkat kelas.
Desain Pembelajaran Mata Pelajaran
Sejarah
Di
dalam Kurikulum 2013 yang diterapkan tidak lagi ada istilah Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), tetapi menggunakan istilah Kompetensi Inti (KI) yang merupakan
terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki
siswa setelah menyelesaikan pendidikannya. Kompetensi utama yang harus dimiliki
siswa dikelompokkan dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif,
kognitif, dan psikomotor). Kompetensi Inti menggambarkan kualitas yang seimbang
antara pencapaian hardskills dan soft skills. Dari KI tersebut dijabarkan
kembali dalam Kompetensi Dasar (KD) yang berisi konten atau kompetensi mata
pelajaran yang harus dikuasai peserta didik.
KI
dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yatu berkenaan dengan sikap
keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan
(kompetensi 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok
itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan
sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan dan penerapan pengetahuan. Kompetensi
Inti pada SMA/MA dapat dilihat di Lampiran 1.
Keterkaitan
antara KD dari KI 1, KI 2, KI 3, KI 4 adalah bahwa ketika dalam pembelajaran
selalu dimulai dari pengetahuan apa yang akan dipelajari. Pengetahuan tersebut
berada pada KD dari KI 3 yang berisi tentang materi-materi yang akan dipelajari,
melalui materi-materi itulah diharapkan peserta didik memiliki keterampilan
yang diharapkan seperti yang menjadi tuntutan pada KD di KI 4. Dengan demikian
hubungannya sangat erat antara KD di KI 3 dan KI 4. KD dari KI 4 hanya bisa
dicapai jika dilakukan melalui pembelajaran pada KD di KI 3, sehingga kedudukan KD di KI 3 adalah
menjadi sarana untuk mencapai keterampilan yang pada KD di KI 4.
Pembelajaran
pada KD di KI 3 dan KI 4 dilakukan di dalam pembelajaran sehingga menghasilkan
dampak pembelajaran (instructional
effect). Sementara pada KD dari KI 1 dan KI 2 terkait dengan pembelajaran
tidak langsung. Dengan demikian, melalui pembelajaran KD dari KI 3 dan KI 4
diharapkan dapat memberi dampak pada sikap dan perilaku peserta didk atau
disebut sebagai dampak pengiring (nurturant
effect) dari pembelajaran. Dalam
implementasi pembelajarannya KD dari KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 kemudian diikat
oleh materi pokok yang sama.
Pembelajaran
pada mata pelajaran sejarah menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis peserta
didik aktif (active learning). Pendekatan
pembelajaran ini lebih memungkinkan memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk melakukan pembelajaran agar lebih memungkinkan memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk melakukan pembelajaran agar lebih bermakna. Pembelajaran
agar lebih bermakna jika peserta didik mengalami sendiri setiap proses
pembelajaran melalui aktivitas yang aktif dan dapat menggunakannya sehari-hari.
Pengetahuan peserta didik bukan berasal dari informasi guru namun berasal dari usaha
eksplorasi informasi peserta didik sendri melalui aktivitas pembelajaran yang
dilakukan.
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sejarah di SMA/MA adalah:
1. Pembelajaran
Sejarah didasarkan atas kesinambungan apa yang terjadi di masa lampau dengan
kehidupan masa kini, antara peristiwa sejarah tingkat nasional dan tingkat
lokal, dan pemahaman peristiwa sejarah di tingkat lokal berdasarkan keutuhan
suatu peristiwa sejarah.
2. Dalam
mengembangkan pemahaman mengenai kesinambungan antara apa yang terjadi di masa
lampau dengan kehidupan masa kini, dalam tugas untuk setiap periode sejarah
peserta didik diarahkan agar mampu menemukan peninggalan fisik (terutama
artefak) dan peninggalan abstrak (tradisi, pikiran, pandangan hidup, nilai,
kebiasaan) di masyarakat yang diwarisi dari peristiwa sejarah pada suatu
periode.
3. Dalam
mengembangkan keterkaitan antara peristiwa sejarah di tingkat nasional dan
tingkat lokal, dalam tugas setiap peserta didik diarahkan untuk mengkaji
peristiwa sejarah sejak masa pergerakan nasional, dan membuat analisis mengenai
keterkaitan dan sumbangan peristiwa tersebut terhadap peristiwa yang terjadi di
tingkat nasional.
4. Mengembangkan
proses pembelajaran dalam kemampuan keterampilah sejarah di semester awal
sehingga peserta didik memahami konsep-konsep utama sejarah, menguasai
keterampilah dasar sejarah, dan memantapkan penggunaan konsep utama dan
keterampilan dasar ketika mereka mempelajari berbagai peristiwa sejarah di
semester berikutnya.
5. Setiap
peristiwa sejarah di semester tiga dan seterusnya dapat dirancang sebagai
kegiatan pembelajaran untuk satu semester dan bukan hanya merupakan kegiatan
satu atau da pertemuan secara berurutan ntuk setiap satu pokok bahasan.
6. Proses
pembelajaran sejarah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan
berbagai sumber seperti buku teks, buku referensi, dokumen, narasumber, atau
pun artefak sera memberi kesempatan yang luas untuk menghasilkan “her or his own histories” Borries, 2000
dalam Anonim, 2013)
Pendekatan
Ilmiiah mendorong peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktvitas ilmiah mulai dari kegiatan yang bersifat atau berbentuk:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
Implementasi
pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan menggunakan strategi dan metode yang
mengaktifkan anak menjadi ciri pembeda Kurikulum 2013 dengan kurikulum
sebelumnya. Diperlukan pendayagunaan sumberdaya yang dimiliki sekolah secara
efektif agar guru dan peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara efektif.
B. Model-Model yang Digunakan Dalam
Pembelajaran Sejarah SMA berdasarkan Kurikulum
2013
Kehadiran penting mata
pelajaran sejarah dalam kurikulum dilandasi pula oleh kemampuan konten mata
pelajaran sejarah dalam mengembangkan berbagai potensi dasar peserta didik
sebagai manusia. Wineburg(2001: 11 dalam Anonim, 2013) mengatakan “historical knowlede should serve as a bank
of contemplating present problems” cerita sejarah sangat ilmunitatif
tentang upaya manusia menjawab tantangan yang mereka hadapi dan media yang
sangat baik untuk mengembangkan inspirasi, kreativitas, inisiatif, dan
kemampuan berpikir antisipatif. Kemampuan sejarah sebagai media mata pelajaran
dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut disebabkan karena sejarah
berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan manusia di masa lampau yang terus
berlanjut ke masa kini dan masa mendatang. Apa yang dilakukan manusia di masa
lampau tersaji dalam mata pelajaran sejarah dan tidak dapat dilakukan oleh mata
pelajaran lainnya.
Melihat alokasi waktu
yang bertambah, pemanfaatan tersebut haruslah dimaksimalkan. Dengan adanya
penambahan alokasi waktu tersebut memungkinkan untuk dilakukannya suatu
pengembangan dalam metode, pendekatan, hingga model pembelajaran sebagai
langkah dalam menciptakan pembelajaran Sejarah yang menarik, bervariasi, namun
tetap bermakna. Adapun jika melihat aspek model pembelajaran, dalam Kurikulum
2013 standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta, dengan demikian proses belajar tidak hanya terjadi
di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat, dimana guru
bukan satu-satunya sumber belajar dan sikap tidak diajarkan secara verbal,
tetapi melalui contoh dan teladan dari pendidik maupun jajarannya, begitu pula
dalam mata pelajaran Sejarah.
Model pembelajaran
diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran di dalamnya ada
pendekatan, strategi atau metode pembelajaran dari yang sederhaana sampai
metode yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan kemampuan seorang guru
dalam memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu
dalam memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi
peserta didik, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar
penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan efisien
menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, Kurikulum 2013 memperkenalkan pendekatan saintifik dengan
menggunakan model-model pembelajaran yang relevan. Pemilihan model pembelajaran
didasarkan atas analisis terhadap tuntutan KD, kegiatan pembelajaran dan
penilaian yang telah dirumuskan pada silabus. Contoh pemilihan model
pembelajaran dan penilaian dapat dilihat di Lampiran 2.
Banyak model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Sejarah. Sesuai dengan
karakteristik Kurikulum 2013, minimal ada tiga model yang penting untuk
dikembangkan dalam pembelajaran Sejarah.
1.
Model Pembelajarana Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini
sangat mendukung implementasi Kurikulum 2013, terutama yang terkait dengan
tahapan proses pembelajaran. Melalui kegiatan pembelajaran berbasis masalah ini
peserta didik akan mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir
dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
sebuah pendekatan dan juga model pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah dunia nyata. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang para peserta didik
untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata.
2.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Poject Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai wahana. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian tentang sumber sejarah, melakukan interpretasi, sintesis,
dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek adalah
kegiatan pembelajaran dimana peserta didik memilih suatu peristiwa sejarah
untuk dijadikan proyek studinya selama 1 bulan, beberapa bulan atau satu
semester. Dalam pembelajaran ini peserta didik melakukan investigasi, membuat
keputusan dan memberikan kesempatan untuk bekerja mandiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
Pembelajaran Berbasis Proyek memberi
kesempatan pada peserta didik untuk memilih peristiwa sejarah yang tercantum
dalam satu semester dan mengerjakannya sebagai tugas proyek untuk semester
tersebut. Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, pembimbing/penasehat dan perantara untuk mendapatkan
hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari
peserta didik.
3.
Model Discovery Learning
Model Discovery
Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi apabila peserta didik tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery
Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri dan problem solving. Tidak ada perbedaan
yang prisipil pada ketiga istilah ini. Pada pembelajaran discovey menekankan
pada ditemukannya konsep atau prinsip atau generalisasi tetapi konsep, prinsip,
atau generalisasi itu sudah diketahui atau direkayasa oleh guru, sementara
kalau inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan
di dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Konsep pendekatan dalam kurikulum 2013
sebagai
berikut:
1.
Kriteria
a.
Materi pembelajaran berbasis pada fakta
atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b.
Penjelasan guru, respon siswa, dan
interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c.
Mendorong dan menginspirasi siswa
berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu
berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain
dari materi pembelajaran.
e.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f.
.Berbasis pada konsep, teori, dan fakta
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara
sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
2.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu:
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi.
a.
Ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.
b.
Ranah keterampilan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana.
c.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.
d.
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
e.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
f.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran.
C. Penilaian Mata Pelajaran Sejarah di SMA dalam Kurikulum 2013
1. Strategi
Penilaian
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan
pengolaha informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap keberhasilan
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan efektivitas proses pembelajaran
serta untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta
didik.
Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan. Penilaian pendidikan merupakan suatu proses
yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian,
pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil
belajar peserta didik, pengolahan dan penggunaan informasi tentang hasil
belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara,
seperti penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis atau lisan, penilaian proyek,
penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik,
dan penilaian diri.
2. Bentuk
Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan
Penilaian mata pelajaran Sejarah seperti halnya mata
pelajaran lain pada Kurikulum 2013 dilakukan melalui penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
a.
Penilaian
Sikap
Penilaian sikap berbentuk kebiasaan
yang didasarkan pada nilai yang dimiliki peserta didik. Kebiasaan tersebut
terlihat dalam perilaku peserta didik. Bentuk perilaku dinyatakan dalam ucapan,
cara berpikir, cara bersikap, dan bertindak. Nilai-niai tersebut berkembang
pada diri peserta didik dalam suatu proses internalisasi.
Hasil belajar afektif sebagai
berikut:
Aspek
Penilaian
|
Indikator
Teramati
|
Instrumen
|
Pengetahuan
tentang Nilai, Sikap, Perilaku
|
Ungkapan
tertulis, ucapa lisan tentang pengertian mengenai nilai, sikap, dan perilaku
|
Tes,
Tugas
|
Sikap
|
Ungkapan
tertulis, ucapan lisan, mimik, tindakan
|
Tes
Sikap Likert, Semantik, Diferensial, Observasi, Tugas
|
Perilaku
|
Kata
yang diucapkan, cara kerja, cara berpikir, tindakan
|
Observasi
tugas
|
Tabel1. Penilaian hasil belajar
afektif (diambil dari Panduan Mata Pelajaran Sejarah Minat SMA)
Penilaian sikap ini dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu:
1) Observasi
Merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran
maupun di luar pembelajaran.
Contoh:
Tanggal
:
..............................................Hari:.............................
|
|
Nama
Peserta Didik
|
Perilaku
yang Ditampilkan
|
Ahmad
Baidawi *)
|
|
M.
Khairullah
|
|
Yuli
Restiani
|
|
Atun
|
|
Catatan
berisikan situasi atau kondisi khusus (bukan yang terjadi sehari-hari) ketika
suatu perilaku muncul.
*)
Nama Pesert didik dapat diisi ketika pada hari/tanggal observasi, peserta
didik yang bersangkutan menunjukkan perilaku teramati.
|
Tabel 3. Contoh form penilaian
afektif (contoh tabel diambil dari Panduan Mata Pelajaran Sejarah Minat SMA)
2) Penilaian
Diri
Merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian diri.
Penilaian ini dilakukan oleh
peserta didik, guru menyediakan format seperti contoh berikut ini;
Nama :
Kelas :
Semester :
Waktu Penilaian :
No
|
Pernyataan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Saya
berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
|
|
|
2
|
Saya
mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian
|
|
|
3
|
Saya
mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu
|
|
|
4
|
Saya
mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami
|
|
|
5
|
Saya
berperan aktif dalam kelompok
|
|
|
6
|
Saya
menyerahkan tugas tepat waktu
|
|
|
7
|
Saya
selalu membuat catatan hal-hal yang saya lakukan
|
|
|
8
|
Saya
merasa menguasai dan dapat mengikuti
|
|
|
9
|
Saya
menghormati dan menghargai orang tua
|
|
|
10
|
Saya
menghormati dan menghargai teman
|
|
|
11
|
Saya
menghormati dan menghargai guru
|
|
|
Tabel 4. Form penilaian diri siswa
(diambil dari Panduan Mata Pelajaran Sejarah Minat SMA)
Keterangan:
1. Penilaian
persepsi diri siswa untuk mencocokkan persepsi diri siswa dengan kenyataan yang
ada.
2. Hasil
penilaian diri siswa digunakan sebagai dasar guru untuk melakukan bimbingan dan
motivasi lebih lanjut.
3. Pelaksanaan
dilaksanakan mulai kelas awal.
3) Penilaian
Antarteman
Merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilaia terkait
dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
Contoh form
penilaian antarteman:
Nama teman yang
dinilai :
Nama Penilaia :
Kelas :
Semester :
Waktu Penilaian :
No
|
Pernyataan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Berusaha
belajar dengan sungguh-sungguh
|
|
|
2
|
Mengikuti
pembelajaran dengan penuh perhatian
|
|
|
3
|
Mengerjakan
tugas yang diberika guru tepat waktu
|
|
|
4
|
Mengajukan
pertanyaan jika ada yang tidak memahami
|
|
|
5
|
Berperan
aktif dalam kelompok
|
|
|
6
|
Menyerahkan
tugas tepat waktu
|
|
|
7
|
Selal
membuat catatan hal-hal yang dilakukan
|
|
|
8
|
Menguasai
dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik
|
|
|
9
|
Menghormati
dan menghargai teman
|
|
|
10
|
Menghormati
dan menghargai guru
|
|
|
Tabel 5. Form
Penilaian Antarteman (diambil dari Panduan Mata Pelajaran Sejarah Minat SMA)
Keterangan:
1
Penilaian antarateman digunakan untuk
mencocokkan persepsi diri peserta didik dengan persepsi temannya serta
kenyataan yang ada
2
Hasil penilaian antarteman digunakan
sebagai dasar guru melakukan bimbingan dan motivasi lebih lanjut
3
Penilaian dilaksanakan mulai awal kelas.
4) Jurnal/catatan
guru
Merupakan catatan pendidik di dalam
dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa
dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.
b.
Penilaian
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan mengingat, refleksi, deduksi, dan
induksi (penelitian). Pengetahuan diperlukan untuk mengembangkan kemapuan
kognitif, keterampilan psikomotorik, dan internalisasi nilai serta kebiasaan
dalam ranah afektif. Pengetahuan yang dihasilkan kemampuan kognitif dapat
berupa pengetahuan hafalan dan dapat pula berupa pengetahuan yang digunakan (working knowledge). Pengetahuan berupa
hafalan hanya memerlukan kemampuan kognitif pada tingkat mengingat. Pengetahuan
yang dapat digunakan memerlukan pengetahuan kognitif pada tingkat memahami.
Pengetahaun
berupa hafalan adalah pengetahuan yang disimpan dalam ingatan peserta didik
tanpa ada perubahan dari aslinya, dan hanya dapat menjawab pertanyaan berupa
hafalan pula. Pengetahuan yang digunakan juga untuk mengembangkan kemampuan
kognitif pada tingkat memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
menghasilkan sesuatu yang batu akan dimiliki peserta didik melalui pengembangan
kemampuan berpikir dan kemampuan belajar. Pengetahuan yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan psikomotorik dan kemampuan afektif.
Penilaian pengetahuan dapat
dilakukan melalaui :
1) Tes
tertulis
2) Tes
lisan
3) Penugasan
c.
Penilaian
Keterampilan
Penilaian
keterampilan ditandai oleh gerakan fisik ketika berkenaan dengan suatu tindakan
atau pekerjaan tertentu. Orang akan melihat hasil penilaian keterampilan secara
kasat mata berupa gerakan atau tindakan tertentu seseorang terhadap suatu
objek. Dari tindakan atau gerkan tersebut akan diketahui apakah seseorang telah
memiliki hasil belajar yang memenuhi kriteria atau standar yang ditentukan.
Penilaian keterampilan dapat
dilakukan melalui:
1) Praktik
(membuat peta, wawancara, penelitian sederhana)
2) Penilaian
proyek
Proyek adalah tugas belajar yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu. penilaian proyek merupakan kegiatn penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa investigasi sejak perencanaan, pengumpulan, pengorganisasian, pengolahan
dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahama, kemampuan mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran dan indikator/topik tertentu secara jelas.
3) Penilaian
portofolio
Adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
peserta didik yang dilakukan secara berkelanjutan dan didasarkan atas kumpulan
informasi perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu
3. Pelaporan
Hasil Penilaian Pembelajaran
Berdasarkan Permendikbud tentang penilaian laporan
hasil penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah.
Laporan oleh pendidik berbentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi untuk
hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan untuk penilaian sikap dilaporkan dalam bentuk
deskripsi sikap. Laporan disampaiakan kepada kepala sekolah, serta pihak
terkait. Laporan penilaian sikap spiritual dan sosial disampaikan secara
periodik oleh wali kelas/guru kelas sebagai akumulasi dari laporan seluruh guru
mata pelajaran dalam bentuk deskripsi kompetensi.
Satuan pendidikan melaporkan hasil
pembelajaran/pencapaian kompetensi kepada orang tua/wali peserta didik dalam
bentuk buku rapor. Selain itu laporan juga disampaikan kepada dinas pendidikan
dan instansi lain yang terkait. Pelaporan hasil penilaian dijadikan
pertimbangan dalam melakukan tindak lanjut, sebagai titik awal perbaikan
program pembelajaran, peningkatan kinerja peserta didik, remedial dan
pengayaan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jiwa kurikulum 2013 diyakini memiliki
posisi yang kokoh untuk mengantar generasi Indonesia sebagai generasi emas pada
tahun 2045 mendatang. Implementasi
Kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan scientific yang menjadi
salah satu perubahan dan komponen penting dalam proses pembelajaran Kurikulum
2013. Pendekatan ini mempunyai tahapan-tahapan yang dimulai dari mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengembangkan jejaring atau komunikasi.
Banyaknya alokasi waktu yang disediakan
untuk mata pelajaran sejarah menjadikan guru sejarah mengajar dua kali lipat
lebih banyak dari guru mata pelajaran lain. Selain mata pelajaran Sejarah wajib
yang bernama Sejarah Indonesia juga ada mata pelajaran Sejarah Peminatan dimana
peserta didik dibebaskan memilih materi yang ingin didalami.
Tiga contoh model yang dapat diterapakn
dalam pembelajaran sejarah berdasarkan pendekatan saintifik adalah :
1. Discovery
Learning
2. Problem
Based Learning
3. Project
Based Learning
Penilaian mata
pelajaran Sejarah seperti halnya mata pelajaran lain pada Kurikulum 2013
dilakukan melalui penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada
penilaian Sikap berbentuk kebiasaan yang didasarkan pada nilai yang dimiliki
peserta didik. Kebiasaan tersebut terlihat dalam perilaku peserta didik.
Penilaian dilakukan dengan cara memberikan form kepada peserta didik sendiri
yang mengamati persepsi diri sendiri dan antarteman. Selain itu juga ada jurnal
guru yang mencatat kejadian-kejadian tertentu yang dialami peserta didik.
Penilaian pengetahuan
dilakukan dengan memberikan berbagai tes : tertulis, lisan, dan penugasan.
Untuk menilai keterampilan yang dimiliki peserta didik, dilakukan dengan
menilai kegiatan praktik, proyek, dan portofolio.
Pembuatan
laporan dibuat dalam bentuk rapor dan dilaporkan kepada kepala sekolah, wali,
dan seluruh instansi terkait.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
Buku
Ahmadi, Abu dan
Uhbiyati, Nur. 2001.
Ilmu Pendidikan.
Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Anonim, 2013. Panduan Mata Pelajaran Sejarah Minat
SMA.
Fathurrohman,Muhammad. 2015. Paradigma
Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kalimedia
Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Edisi
Revisi). Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum,Teori dan
Praktik. Jakarta:
PT
RajaGrafindo Persada.
Nuh, Muhammad. 2013. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, gagasan,
dan Strategi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Sumber Internet:
Priyo, Endar. 2013. http://catatan-gurusejarah.blogspot.co.id/2013/01/pelajaran-sejarah-sma-dalam-kurikulum.html
diakses minggu, 6 Maret 2016 Pukul 15.11 WITA
https://mastati.wordpress.com/2014/07/06/implementasi-kurikulum-2013-dalam-pembelajaran-di-sma/ Diakses tanggal
23 Februari 2016. Pukul 14:20 WITA
http://nissie-niss.blogspot.co.id/2014/11/tujuan-dan-karakteristik-kurikulum-2013.html Diakses tanggal 23 Februari 2016. Pukul 14.50 WITA
LAMPIRAN
Lampiran 1
NO
|
KOMPETENSI INTI KELAS X
|
KOMPETENSI INTI KELAS XI
|
KOMPETENSI INTI KELAS XII
|
1
|
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
|
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang diianutnya
|
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang diianutnya
|
2
|
Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
|
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
|
Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
|
3
|
Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memcahakn masalah.
|
Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memcahakn masalah.
|
Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memcahakn masalah.
|
4
|
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
|
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
|
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
|
Tabel. 1 Kompetensi
Inti pada SMA/MA (Diambil dari Panduan
Materi Pelajaran Sejarah Minat SMA)
Lampiran 2
Kompetensi
Dasar
|
Penilaian
|
Analisis
Materi
|
Model
Pembelajaran
|
a. Menganalisis
keterkaitan konsep hidup dalam ruang dan waktu
b. Menganalisis
konsep manusia hdup dalam perubahan berkelanjutan
c.
Menganalisis keterkaitan
peristiwa sejarah tentang manusia di masa lampau untuk kehidupan
|
Membuat
hasil kajian dalam bentuk tulisan tentang aktivitas manudia yang terbatas
dalam ruang dan waktu dalam kesinambungan dan perubahan serta pengaruhnya
terhadap kehidupan manusia masa kini peserta didik
|
·
Manusia hidup dan berkreatifitas
dalam ruang dan waktu
·
Manusia hidup dalam perubahan dan
berkelanjutan
·
Kehidupan manusa masa kini
merupakan akibat dari perubahan masa lampau
|
Discovery/Inquiri
|
3.4
menganalisis Ilmu Sejarah
|
Mengumpulkan
informasi dan data terkait dengan pertanyaan mengenai sejarah sebagai ilmu
dari sumber tertuli dan atau internet, serta sumber lainny
|
·
Sejarah sebagai ilmu
|
Berbasis
Proyek
|
3.5
Menganalisis cara berpikir Sejaha dalam mempelajari peristiwa sejarah
|
Mengajukan
pertanyaan untuk memperdalam pemahaman mengenai pengertian berpikir sejarah
Diakronik, Sinkronik, Kausalita, Interpretasi dan periodesasi sejarah serta
contoh-contoh penerapannya dalam tulisan, buku dan sumber lainnya
|
Berpikir
Sejarah:
·
Diakronik
·
Sinkoronik
·
Kausalita
·
Interpretasi
·
Periodesasi
|
Problem Based
Learning
|
3.6
menganalisis berbagai bentuk atau jenis sumber
|
Mengumpulkan
data berdasarkan bacaan atau referensi yang tersedia terkait tentang
pengertian, sifat, jenis dan kedudukan sumber dalam ilmu sejarah
|
Pengertian
sifat, jenis, dan kedudukan sumber dalam ilmu sejarah.
|
Discovery/Inkuiri
|
3.7
Menganalis keterkaitan dan menerapkan langkah-langkah penelitian sejara
terhadap berbagai peristiwa
|
Menyajikan
laporan hasil penelitian sejarah secara sederhana dalam bentuk tulisan
mengenai salah satu peristiwa sejarah baik nasional maupun lokal
|
Langkah-langkah
penelitian sejarah (bertanya, menentukan, mencari sumber, kritik sumber,
validasi, informasi, interpretasi)
|
Project Based
Learning
|
3.8
menganalis keterkaitan perbedaan ciri-ciri dari historiografi tradisional
kolonial dan modern
|
Menanya
untuk mendapatkan klarifikasi dan pendalaman
pemahaman tentang pengertian historiografi tradisional kolonial dan
modern
|
Historiografi:
·
Historiografi tradisional
·
Historiografi kolonial
·
Historiografi modern
|
Project Based
Learning
|
Tabel 2. Contoh
Pemilihan Model Pembelajaran Sejarah (Diambil
dari Panduan Materi Pelajaran Sejarah Minat SMA)
Komentar
Posting Komentar