Langsung ke konten utama

BIOGRAFI TOKOH YANG TERLIBAT DALAM PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI 17 MEI 1949 DI KECAMATAN TELAGA LANGSAT, KANDANGAN

1.      BIOGRAFI H. ABERANI SULAIMAN

H. Aberani Sulaiman (HAS) lahir pada tanggal 3 Agustus 1925 di Kecamatan Batang Alai Selatan, Kab. HST. Ia meninggal di Banjarmasin tanggal 4 Desember 2001.
Di dalam perjalanan hidupnya, HAS sangat mempunyai keterlibatan daam perang perjuangan kemerdekaan Kalimantan Selatan. Tidak begitu banyak bahan yang penulis temukan.
Pada Mei 1947, HAS memimpin pertempuran di Hambawang, Pulasan yang terletak di Kampung Telang Kecamatan Batang Alai Utara, HST. Bersama 12 pejuang lainnya melawan militer Belanda. Hambawang Pulasan merupakan kawasan jalur padat transportasi dari Barabai ke Batu Mandi-Paringin, sehingga kawasan ini sering dijadikan daerah penghadangan patroli Belanda. Pertempuran ini merupakan pencegatan para pejuang terhadap militer Belanda yang memanfaatkan jalan tersebut untuk baik mengangkut makanan maupun mensuplai pasukan dan persenjataan. Pertempuran ini menewaskan 48 orang Belanda san satu pejuang gugur yaitu Made Kawis akibat ada mata-mata Belanda bernama H. Halabi.
Setelah diketahui adanya mata-mata Belanda dan para pejuang dikepung oleh pasukan Belanda yang baru datang, membuat HAS memerintahkan pasukannya mundur berpencar dan membuat militer Belanda Kesulitan untuk mengejar dan akhirnya kembali mengurus teman-temannya yang tewas.
Di dalam persembunyiannya itu, HAS bertemu dengan kelompok Hasan Basry yang sedang memutuskan menarik diri ke pegunungan bersama anggotanya.
Dalam pertemuan itu karena merasa senasib dan sepenanggungan diakui Hasan Basry dan HAS sebagai ketua dan wakil dan menetapkan markas besar rahasia ALRI Divisi IV (A) di Niih di dalam pegunungan Meratus. Dan kemudian membentuk organisasi gabungan bernama SOPIK (Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan). Markas besarnya berkode RX-8 dipimpin oleh Hasan Basry sebagai Komandan Batalyon dan HAS sebagai Wakil yang merangkap sebagai Kepala Staf Umum. Setelah terjadi penyempurnaan organisasi dengan sebutan Pemerintahan Gubernur Tentara, HAS sebagai Kepala Staf merangkap sebagai Komandan Daerah Besar Utara.
Pada 7 Januari 1949 HAS menjadi ketua Panitia Persiapan Proklamasi 17 Mei yang dibentuk  pada tanggal 7 Januari 1949 di Durian Rabung, Padang Batung. Tanggal 15 Mei 1949 HAS  memimpin perumusan Teks Proklamasi dan dibantu oleh Gt. Aman, Hasnan Basuki. Pangeran Arya, Budi Gawis, dan Romansi yang selesai jam 03.00 pagi harinya.
HAS juga sempat menjadi Gubernur Kalimantan Selatan periode 1953-1968. Pada periodenya inilah, peristiwa penembakan Hasanuddin HM terjadi ketika menyuarakan Tritura kepada Gubernur dan Rektor Unlam.


2.      BIOGRAFI BRIGJEN HASAN BASRY

Hasan Basry lahir pada tanggal 17 Juni 1923 di padang Batung, Kandangan.
Hasan Basry adalah seorang Brigadir Jenderal yang penting dalam kemerdekaan Indonesia, terutama pada daerah Kalimantan Selatan. Selain itu, Hasan Basry merupakan pendiri Batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan. Menurut Ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 mei 1962, Hasan Basry adalah bapak Gerilya Kalimantan.
Hasan Basry mengenyam pendidikan setingkat sekolah dasar di Hollands Inlandsche School atau HIS. Lulus dari HIS, dia melanjutkan pendidikannya di sekolah berbasis Islam; Tsanawiyah al-Wathaniah yang berlokasi di Kandangan. Setelah itu, Hasan Basry pindah ke Ponorogo, Jawa Timur, untuk melanjutkan belajar di sekolah Islam, yaitu Kweekschool Islam Pondok Modern.
Hasan Basry mengalami karirnya sebagai pejuang sebagai seorang anggota organisasi pemuda Kalimantan yang berpusat di Surabaya. Pada saat itu, Indonesia baru saja merdeka. Untuk meyampaikan kemerdekaan Indonesia di tanah kelahirannya, pada tanggal 30 Oktober 1945, Hasan Basry pergi ke pelabuhan Kalimas Surabaya untuk menyusup kapal Bintang Tulen untuk kembali ke Kalimantan. Sesampainya di Banjarmasin, Hasan Basry menemui H. Abdurrahman Sidik di Pekapuran untuk menyerahkan pamflet dan poster yang berisi berita kemerdekaan bangsa. Selain itu, pamflet dan poster tersebut juga dikirim ke Ahmad Kaderi untuk daerah Amuntai, dan H. Ismail untuk daerah Kandangan.
Satu tahun kemudian, Hasan Basry membentuk organisasi bernama “Benteng Indonesia”. Organisasi ini dibentuk sebagai reaksi dari tertangkapnya banyak tokoh Laskar Syaifullah oleh Belanda. Laskar Syaifullah adalah sebuah organisasi keprajuritan. Pada tanggal 24 September 1946, organisasi Laskar Syaifullah mengadakan sebuah acara pasar malam untuk acara malam amal. Ketika pasar malam berlangsung, banyak tokoh Laskar Syaifullah ditangkap, sehingga Hasan Basry mengumpulkan sisa-sisa anggota dan membentuk organisasi baru dengan nama Benteng Indonesia tersebut. Dua bulan kemudian, pada tanggal 15 November 1946, Hasan Basry diutus oleh Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda M. Mursid untuk mendirikan satyu batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan. Mereka berdua adalah anggota ALRI Divisi IV area Mojokerto. Dengan demikian, Hasan Basry menjadikan anggota Benteng Indonesia sebagai batalyon ALRI Divisi IV yang memiliki markas di Haruyan. Setelah batalyon tersebut terbentuk, Hasan Basry berusaha untuk mengumpulkan semua kekuatan militer di Kalimantan Selatan.
Namun, perjuangan Hasan Basry dan Batalyon ALRI Divisi IV untuk melawan Belanda sempat hampir terhenti oleh Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada 25 Maret 1947. Perjanjian Linggarjati menyebutkan bahwa wilayah Indonesia secara de facto adalah Jawa, Sumatera, dan Madura, sehingga kekuatan militer di kota lain harus diambil dan dipindah ke Jawa. Namun, Hasan Basry menolak perintah tersebut. Hasan Basry juga menunjukkan sikap yang sama untuk Perjanjian Renville (17 Januari 1948).
Setelah menolak bergabung dengan induk militer RI, Hasan Basry menuai kemenangan atas perjuangannya melawan Belanda. Pada 17 Mei 1949, Hasan Basru berhasil membuat Belanda bertekuk lutut. Sejak itu, tanggal 17 Mei dikenal sebagai hari kemerdekaan Kalimantan Selatan atas Belanda.
Empat bulan kemudian, Sebuah perundingan antara ALRI Divisi Iv dan Belanda dihelat, bersama dengan beberapa wakil dari UNCI sebagai penengahnya. Dalam perundingan itu, Jenderal Mayor Suharjo, atas nama Indonesia, mengakui ALRI Divisi IV (A) sebagain bagian dari Angkatan Perang Indonesia, dan Hasan Basry diangkat menjadi Letnan Kolonel. Pada tahun 1949, ALRI DIVISI (A) digabung ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dan Hasan Basry diangkat sebagai panglima Letkol Hasan Basry.
Setelah perang kemerdekaan berakhir, pada tahun 1951, Hasan Basry dikirim ke Kairo untuk melanjutkan pendidikan agama di universitas Al Azhar. Dua tahun kemudian, Hasan Basry melanjutkan pendidikannya di American Cairo University dan lulus pada tahun 1955. Pada tahun 1956, setelah kembali dari Kairo, Hasan basry dilantik menjadi Komandan Resimen Infanteri 21/Komandan territorial VI Kalsel. Kemudian pada tahun 1959, dia menjabat sebagai Panglima Daerah Militer X Lambung Mangkurat.
Pada saat pemberontakan PKI, Hasan Basry membekukan kegiatan partai tersebut. Walaupun mendapatkan teguran dari Soekarno, keputusan tersebut menginspirasi Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan. Periwtiwa tersebut dikenal dengan peristiwa Tiga Selatan.
Pada tahun 1960 sampai tahun 1966, Hasan Basry dipercaya untuk duduk di kursi MPRS. Empat tahun kemudian, Hasan Basry ditunjuk sebagai Ketua Umum harian Angkatan 45 Kalsel. Pada tahun yang sama, Hasan Basry menjabat sebagai Dewan Paripurna Angkatan 45 pusat dan Dewan Paripurna pusat Legiun veteran Republik Indonesia. Pada tahun 1978 hingga tahun 1982, Hasan Basry merupakan salah satu tokoh DPR RI.
Setelah pengabdian yang panjang, Hasan Basry menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 15 Juli 1984 setelah menderita sakit. Dia meninggal di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Pemakamannya dilaksanakan secara militer, dan dipimpin oleh Mayjen AE. Manihuruk. Pada tanggal 3 November, Hasan Basry dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan.
(Riset dan analisis oleh Nastiti Primadyastuti, diedit khusus untuk tugas Akhir Semester Mata Kuliah Sejarah Lokal.)

3.      BIOGRAFI BUDHIGAWIS

Budhigawis, dengan nama lengkap Ali Hamdi Budhigawis lahir di Ilung, Hulu Sungai Tengah pada 28 April 1927. Pendidikan yang ditempuhnya hingga SLTP.
Ia menjadi ketua Badan Pemberontak Indonesia dan menyatakan bergabung dengan Divisi ALRI IV (A) Pertahanan Kalimantan. Di dalam struktur pucuk pimpinan divisi IV Pertahanan Kalimantan Budhigawis marupakan Komisariat Gerakan (Teritorial). Kemudian setelah terjadi penyempurnaan organisasi dengan sebutan pemerintah gubernur tentara, Buddhigawis menjadi Kepala Departemen Urusan Penerangan.
Pada tanggal 15 dan 16 Mei 1949 turut merumuskan teks Proklamasi di Telaga Langsat.
Ia kemudian menjadi Bupati Hulu Sungai Tengah yang dilantik pada tanggal 1 Mei 1960. Selain itu ai menjadi wakil ketua komisi A DPRD Kalimantan Selatan masa bakti 1982-1987.

4.      BIOGRAFI PANGERAN ARYA


Pangeran Arya (disebut juga Munir) juga turut menyusun teks proklamasi pemerintahan gubernur militer bersama HAS dan disempurnakan bersama pejuang yang tergabung dalam rapat penyusunan teks proklamasi di Telaga Langsat. Dan hari itu pula ia, Gusti Aman dan Hasnan Basuki ditugaskan untuk membawa dokumen proklamasi itu kepada pimpinan Umum Hasan Basry di Niih.
Saat proklamasi, atas permintaan Pimpinan Umum Hassan Basry Pangeran Arya membacakan teks proklamasi tersebut di hadapan Pimpinan Umum Hassan Basry dan pimpinan ALRI lainnya.
Di dalam struktur Pemerintahan Gubernur Tentara, Pangeran Arya kemudian menggantikan Hamdi Budhigawis sebagai Kepala Departemen Urusan Umum. Ia juga menyamar sebagai Maxim le Miaty sebagai Komandan Daerah Besar Selatan.

5.      BIOGRAFI GUSTI AMAN

Gusti Aman merupakan keturunan ke 10 dari Sultan Banjar Sultan Suriansyah dan istrinya bernama Gusti Mastora. turut menyusun teks proklamasi di Telaga Langsat bersa ma para pejuang lainnya. Gusti Aman mengusulkan perlunya pembentukan pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Divisi IV melalui sebuah proklamasi yang kemudian disetujui bersama.
Di dalam perumusan tersebut ide penutup teks diusulkan oleh Gusti Aman dan disetujui oleh H. Aberani Sulaiman, yaitu “Dan jika perlu diperjuangkan sampai tetesan darah yang penghabisan”.
 Ia juga bertugas mengantarkan teks proklamasi tersebut ke Niih tempat Hassan Basry berada. Gusti Aman mennyimpan naskah konsep aslinya yang sebelum diperbanyak, namun kemudian hilang ketika Gusti Aman ditahan oleh gerombolan KRyT pimpinan Ibnu Hajar.
Akhir hidup dan tanggal lahirnya masih belum diketahui.

6.      BIOGRAFI HASNAN BASUKI

Hasnan Basuki adalah seorang pejuang Kemerdekaan Kalimantan Selatan. Ia turut terlibat dalam perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan 17 mei 1949. Pagi harinya, ia beserta pejuang lainnya mengantarkan teks tersebut kepada Hasan Basry.
Di dalam struktur Pimpinan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan, Hasnan Basuki menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Umum. Setelah terjadi penyempurnaan organisasi dengan sebutan Pemerintahan Gubernur Tentara, Hasnan Basuki menjabat sebagai Wakil Kepala Departemen Urusan Kemakmuran.

7.      BIOGRAFI ROMANSI

Romansi merupakan salah satu pejuang yang turut merumuskan teks proklamasi. Lokasi perumusan teks proklamasi ini di kediaman Romansi di Telaga Langsat.

8.      BIOGRAFI IBNU HADJAR

Ibnu Hadjar atau Haderi bin Umar atau Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.
Ibnu Hajar sejatinya adalah seorang pejuang yang masih setia dengan Republik Indonesia. Pergolakan lahir dan batin telah dialami Ibnu Hajar dan anak buahnya. Pembelotan yang dilakukan Ibnu Hajar kepada Republik adalah akumulasi dari kekecewaan terhadap negara yang dibelanya.
Akhir tahun 1954, Ibnu Hadjar membulatka tekadnya untuk masuk Negara Islam. Ibnu Hadjar diangkat menjadi panglima TII wilayah Kalimantan.
Akhir tahun 1959 pasukan gerombolah Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan dan Ibnu Hadjar sendiri ditangkap. Gerakan perlawanan baru berakhir secara resmi pada bula Maret 1965. Berdasarkan pengadilan militer, ia dijatuhi hukuman mati.

9.      BIOGRAFI SETIA BUDHI

Setia Budhi adalah salah satu pemimpin pengawal/penjaga keberlangsungan perumusan teks proklamasi 17 Mei di Telaga Langsat.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkuman Buku DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN edisi 2 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto BAB I- IV

BAB I PENDAHULUAN 1.       Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian merupakan tiga istilah yang berbeda meski sering diartikan sama tergantung saat penggunaannya. a.        Mengukur (measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Ukuran sendiri mempunyai dua macam, yakni ukuran yang terstandar (seperti meter, kilogram, dsb. ) dan ukuran tidak terstandar (depa, jengkal, langkah, dsb.) b.        Menilai (evaluation) adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian dilakukan setelah mengukur. c.        Evaluasi meliputi dua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai. 2.       Penilaian Pendidikan Evaluasi adalahh proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal ...

naskah drama kelas XI smk pasawahan oleh nurdhianti

w   Ringkasan Cerita : Permasalahan di dunia pendidikan seringkali terjadi tanpa kita sadari, atau mungkin kita menyadarinya namun kita ( pendidik maupun yang dididik) tidak mampu  mengendalikannya. Dimulai dari hal-hal kecil seperti peraturan yang tidak sesuai dengan siswa, hubungan antar murid dengan teman sebaya, murid dengan guru, maupun guru dengan murid. Sekolah adalah tempat untuk mengembangkan karakter murid, karena sekolah adalah  rumah kedua setelah rumah orang tua. Enam hari dalam seminggu, kita selalu berada di lingkungan sekolah. Berinteraksi dengan teman sekelas, dengan guru yang mengajar adalah makanan sehari-hari untuk menentukan bagaimana cara kita menghadapi orang lain, entah itu yang tua, ataupun sepantaran. Sekolah bisa diumpamakan dengan laboratorium hidup tempat melakukan berbagai eksperimen kehidupan. Banyak masalah-masalah yang cara menyikapinya adalah embrio dari karakter kita.  Drama ini mengisahkan tentang berbagai permasalahan umum yang t...

RESENSI BUKU “SEJARAH TIMUR TENGAH (ASIA BARAT DAYA)”

Oleh Siti Nurdianti Judul Buku                : Sejarah Timur Tengah  (Asia Barat Daya) Penulis                        : Yusliani Noor Penerbit                      : Ombak Kota Terbit                : Yogyakarta Tahun Terbit             : 2014 Tebal                          :xii+437 halaman Harga                         : Rp....