Menulis (KBBI) adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Dalam bahasa sederhana saya, menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan/pikiran seseorang kepada orang lain yang ia tuju dalam bentuk tulisan. Tujuan menulis agar orang yang kita tuju tahu apa yang ingin kita sampaikan dengan membaca tulisan kita. Menulis adalah berkomunikasi.
Sebagai manusia, kita tentu selalu punya kebutuhan berkomunikasi dengan seseorang. Entah dalam urusan kerja, tugas kuliah, sampai minta izin mau pipis pas rapat. Pastinya ada banyak hal di kepala kita yang harus disampaikan. Ada kalanya, kita tidak mampu berkomunikasi secara lisan untuk memudahkannya kita menggunakan bahasa tertulis. Apalagi sekarang, setelah saya meneliti tanpa menggunakan metode yang bisa dipertanggungjawabkan, saya berkesimpulan bahwa orang-orang lebih suka berkomunikasi via teks di HP (untuk kalimat ini kamu boleh setuju boleh tidak) daripada meluangkan waktu bertemu langsung untuk melisankan apa yang ingin mereka sampaikan.
Lalu bagaimana cara menulis dengan baik? Nah, ini... Saya seringkali dapat pertanyaan seperti ini. Jujur, saya juga bingung bagaimana harus menjawabnya. Selain saya belum punya ilmu yang cukup untuk menjawab, saya juga benar-benar bingung kenapa saya kebingungan. Setelah dipikir baik-baik, untuk menulis dengan baik kita harus mengingat tujuan kita menulis. Yakni untuk menyampaikan pikiran kita yang penuh sekali dengan sesuatu kepada seseorang. Siapapun itu. Maka, apabila pembaca berhasil menerima dengan baik apa yang ingin kita sampaikan kita adalah penulis yang sukses lagi berhasil. Terlepas seperti apapun bentuk atau tata bahasa tulisannya.
Sederhana, kan? Iya. Sesederhana itu kok.
Ah masak sesederhana itu? Terus kenapa sejak zaman Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi kita harus belajar EYD beserta berbagai bentuk pedoman penulisan yang penuh ragam merumitkan itu? Terus juga kenapa dosen pembimbing scriptsweet (bahasa alaynya skripsi) saya kok rewel banget dengan ejaan atau tata bahasa yang saya gunakan? Kan saya cuma menyampaikan gagasan saya dan (padahal saya pikir) dosen saya paham kok apa maksud gagasan saya.
Itu adalah pertanyaan yang sengaja saya bikin-bikin sendiri. Maka, saya juga akan berusaha menjawabnya sendiri.
Menurut saya, (ini juga kamu boleh setuju boleh tidak) justru di situlah seninya menulis. Belajar EYD adalah untuk mempermudah agar pembaca tidak salah tangkap apa maksud kita, pembaca itu punya keterbatasan hanya melihat apa yang kita tulis. Ia tidak sempat membaca ekspresi wajah baik mikro maupun makro.
Contoh sederhana kita menulis:
K1: "Adek manis itu milikku."
K2: "Adek manis, itu milikku."
Bagaimana? Keduanya punya makna yang sangat berbeda. K1 menandakan bahwa si "Adek Manis" adalah milik si penulis, sedang K2 si penulis sedang berusaha menunjukkan sesuatu yang berupa miliknya kepada si Adek Manis. See that points?! Wow! Cuma tanda koma!! Itu cuma contoh sederhana. Tapi menunjukkan pentingnya kita punya pengetahuan EYD dan menerapkannya dalam menulis. Sederhana, sering terabaikan, dan sangat penting. Melalaikan.
Tentu ada banyak sekali contoh-contoh lebih baik yang bisa menunjukkan betapa pentingnya kita untuk kembali memperbaiki diri. Eh, memperbaiki tulisan deng ^_^.
Mari belajar, semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang lalai.
Sebagai manusia, kita tentu selalu punya kebutuhan berkomunikasi dengan seseorang. Entah dalam urusan kerja, tugas kuliah, sampai minta izin mau pipis pas rapat. Pastinya ada banyak hal di kepala kita yang harus disampaikan. Ada kalanya, kita tidak mampu berkomunikasi secara lisan untuk memudahkannya kita menggunakan bahasa tertulis. Apalagi sekarang, setelah saya meneliti tanpa menggunakan metode yang bisa dipertanggungjawabkan, saya berkesimpulan bahwa orang-orang lebih suka berkomunikasi via teks di HP (untuk kalimat ini kamu boleh setuju boleh tidak) daripada meluangkan waktu bertemu langsung untuk melisankan apa yang ingin mereka sampaikan.
Lalu bagaimana cara menulis dengan baik? Nah, ini... Saya seringkali dapat pertanyaan seperti ini. Jujur, saya juga bingung bagaimana harus menjawabnya. Selain saya belum punya ilmu yang cukup untuk menjawab, saya juga benar-benar bingung kenapa saya kebingungan. Setelah dipikir baik-baik, untuk menulis dengan baik kita harus mengingat tujuan kita menulis. Yakni untuk menyampaikan pikiran kita yang penuh sekali dengan sesuatu kepada seseorang. Siapapun itu. Maka, apabila pembaca berhasil menerima dengan baik apa yang ingin kita sampaikan kita adalah penulis yang sukses lagi berhasil. Terlepas seperti apapun bentuk atau tata bahasa tulisannya.
Sederhana, kan? Iya. Sesederhana itu kok.
Ah masak sesederhana itu? Terus kenapa sejak zaman Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi kita harus belajar EYD beserta berbagai bentuk pedoman penulisan yang penuh ragam merumitkan itu? Terus juga kenapa dosen pembimbing scriptsweet (bahasa alaynya skripsi) saya kok rewel banget dengan ejaan atau tata bahasa yang saya gunakan? Kan saya cuma menyampaikan gagasan saya dan (padahal saya pikir) dosen saya paham kok apa maksud gagasan saya.
Itu adalah pertanyaan yang sengaja saya bikin-bikin sendiri. Maka, saya juga akan berusaha menjawabnya sendiri.
Menurut saya, (ini juga kamu boleh setuju boleh tidak) justru di situlah seninya menulis. Belajar EYD adalah untuk mempermudah agar pembaca tidak salah tangkap apa maksud kita, pembaca itu punya keterbatasan hanya melihat apa yang kita tulis. Ia tidak sempat membaca ekspresi wajah baik mikro maupun makro.
Contoh sederhana kita menulis:
K1: "Adek manis itu milikku."
K2: "Adek manis, itu milikku."
Bagaimana? Keduanya punya makna yang sangat berbeda. K1 menandakan bahwa si "Adek Manis" adalah milik si penulis, sedang K2 si penulis sedang berusaha menunjukkan sesuatu yang berupa miliknya kepada si Adek Manis. See that points?! Wow! Cuma tanda koma!! Itu cuma contoh sederhana. Tapi menunjukkan pentingnya kita punya pengetahuan EYD dan menerapkannya dalam menulis. Sederhana, sering terabaikan, dan sangat penting. Melalaikan.
Tentu ada banyak sekali contoh-contoh lebih baik yang bisa menunjukkan betapa pentingnya kita untuk kembali memperbaiki diri. Eh, memperbaiki tulisan deng ^_^.
Mari belajar, semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang lalai.
Komentar
Posting Komentar