Langsung ke konten utama

Anak Kos Pengen Hemat : Ekspektasi Vs Realita

Akhir-akhir ini saya sedang getol sekali membuka video-video maupun membaca artikel yang berhubungan dengan belajar mengelola finansial. Sebagai perempuan yang sudah berusia 23 tahun, dan sudah berencana akan menikah, tentu hasrat untuk memiliki kehidupan finansial yang sehat begitu menggebu-gebu.

Satu hal yang paling melekat di kepala saya adalah, membuat daftar belanja beserta harga sebelum berangkat ke pasar atau warung. Hal tersebut setidaknya memiliki 3 manfaat penting. Pertama, tidak lupa dengan kebutuhan prioritas yang benar-benar perlu dibeli. Kedua,  menghemat pengeluaran karena menghindari tergiur membeli barang-barang lain di selain kebutuhan prioritas. Ketiga, tidak memakan waktu lama ketika berbelanja karena tidak perlu berpikir lagi ketika di warung atau pasar.

Sebagai murid online, saya mencoba patuh. Apalagi membuat perencanaa adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi saya. Entah bakat dari mana, saya sering sekali membuat corat-coret rencana tentang suatu hal. Apalagi cuma sekedar bikin rencana belanja? huh, keceeeeelll.

Dengan bekal uang Rp. 20.000,- saya langsung membuat daftar belanjaan. Ini dia:


Ekspektasi


Beras 1 Kg Rp. 10.000,-
Buah Mangga Rp. 5000,-
gula 1/4 kg Rp. 3.500,-
Sayuran Rp. 1.500,-

Daftar rencana belanja itu tidak sembarangan saya bikin. Berikut ini alur pikir saya:

Beli beras sekilo biar bisa masak untuk semingguan. Lumayan kan, nggak harus beli makanan jadi terus. Bisa hemat. 
Beli buah mangga Rp. 5000,- dapat dua buah. Wah, aku bisa makan sehat ni malam ini. 
Beli gula 1/4 kg buat bikin minuman kayak kopi, dan lain-lain.
Beli sayuran Rp. 1. 500,- ya cukup sih buat malam ini sama besok pagi. Beli sawi putih aja kesukaanku. 
Setelah itu bikin sambel dengan stok bumbu yang ada di dapur... hmmmm sungguh lengkap malam ini.

Setelah semua persiapan selesai. Uang Rp. 20.000,- itu saya selipkan ke kantong jaket. Saya mengambil kunci motor dan keluar kamar. Ketika hendak menuju parkiran, tiba-tiba bisikan itu datang...

"Eh, daripada ke pasar, jauh, dan ngabisin banyak duit, mending ke warung aja. Beli mie instan dan telur, lebih hemat, palingan under 10 K. Besok mah pikirin besok aja," Ujar suara yang entah dari mana muasalnya.
Lalu saya sahut dalam hati, "sungguh ide brilian".

Urung saya ke parkiran. Mulailah berjalan menuju warung kelontong yang hanya berjarak 10 langkah dari kosan tempat saya bernaung. Di warung, dengan mantap saya panggil penjaganya dan memesan 2 bungkus mie instan goreng seharga Rp. 6.000,-.

Realita
Lalu, tanganku secara otomatis mengambil 2 biji telur seharga Rp. 3.500,-
Sosi 2 biji, Wafer superstar 2 biji, Boncabe level 15nya 1 sachet, dan kapal api 1 sachet.

Setelah ditotal sama penjaga warungnya.... pas Rp. 20.000,-

Yang niatnya buat beli beras semingguan,,, eh ludes... hmmm anak kos yang sungguh bidjaksana. 

Tidak apa-apa, hidup ini adalah belajar. Tidak ada yang salah dengan belajar. Besok belajar lagi ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkuman Buku DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN edisi 2 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto BAB I- IV

BAB I PENDAHULUAN 1.       Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian merupakan tiga istilah yang berbeda meski sering diartikan sama tergantung saat penggunaannya. a.        Mengukur (measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Ukuran sendiri mempunyai dua macam, yakni ukuran yang terstandar (seperti meter, kilogram, dsb. ) dan ukuran tidak terstandar (depa, jengkal, langkah, dsb.) b.        Menilai (evaluation) adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian dilakukan setelah mengukur. c.        Evaluasi meliputi dua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai. 2.       Penilaian Pendidikan Evaluasi adalahh proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal ...

naskah drama kelas XI smk pasawahan oleh nurdhianti

w   Ringkasan Cerita : Permasalahan di dunia pendidikan seringkali terjadi tanpa kita sadari, atau mungkin kita menyadarinya namun kita ( pendidik maupun yang dididik) tidak mampu  mengendalikannya. Dimulai dari hal-hal kecil seperti peraturan yang tidak sesuai dengan siswa, hubungan antar murid dengan teman sebaya, murid dengan guru, maupun guru dengan murid. Sekolah adalah tempat untuk mengembangkan karakter murid, karena sekolah adalah  rumah kedua setelah rumah orang tua. Enam hari dalam seminggu, kita selalu berada di lingkungan sekolah. Berinteraksi dengan teman sekelas, dengan guru yang mengajar adalah makanan sehari-hari untuk menentukan bagaimana cara kita menghadapi orang lain, entah itu yang tua, ataupun sepantaran. Sekolah bisa diumpamakan dengan laboratorium hidup tempat melakukan berbagai eksperimen kehidupan. Banyak masalah-masalah yang cara menyikapinya adalah embrio dari karakter kita.  Drama ini mengisahkan tentang berbagai permasalahan umum yang t...

RESENSI BUKU “SEJARAH TIMUR TENGAH (ASIA BARAT DAYA)”

Oleh Siti Nurdianti Judul Buku                : Sejarah Timur Tengah  (Asia Barat Daya) Penulis                        : Yusliani Noor Penerbit                      : Ombak Kota Terbit                : Yogyakarta Tahun Terbit             : 2014 Tebal                          :xii+437 halaman Harga                         : Rp....