![]() |
bravaradio.com |
Begitu besar pengaruhnya dalam sejarah, jasa Pangeran Antasari sebagai pahlawan nasional tak hanya diabadikan dalam gambar uang pecahan Rp 2000, Pangeran Antasari juga dijadikan nama jalan di berbagai kota besar di Indonesia.
Ia lahir pada 1797 Masehi, ketika cengkeraman Belanda sedang menguat di Kerajaan Banjar. Didasari cinta akan tanah air dan keinginan untuk membebaskan bangsanya dari perlakuan buruk penjajah, Pangeran Antasari tampil memberontak dan mengobarkan peperangan.
Bagi kamu yang masih belum tahu kisah pahlawan dari Tanah Banjar ini, yuk simak terus artikel ini sampai selesai.
1. Terbuang dari istana, Pangeran Antasari muda hidup sebagai rakyat jelata
![]() |
jejakrekam.com |
Pangeran yang memiliki nama kecil Gusti Inu Kertapati ini lahir dari rahim Gusti Hadijah dan Pangeran Masohot pada akhir Abad ke-18 di Kayutangi.
Kakeknya, Pangeran Amir yang seharusnya menjadi Sultan Banjar, namun kekuasaan itu justru direbut oleh walinya sendiri, Pangeran Nata yang menobatkan dirinya menjadi sultan. Hal ini membuat keluarga Antasari tinggal jauh dari lingkungan istana dan keberadaannya tidak disadari oleh Belanda sebelum kemunculannya di usia 50 tahun.
Sejak kecil, Pangeran Antasari tumbuh dan berkembang bersama rakyat nya dan merasa terbiasa hidup susah. Ia pun tahu betul penderitaan sehari-hari yang dialami oleh bangsanya.
2. Membela hak pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi sultan
Sikap buruk Belanda di Tanah Banjar tidak berhenti sebatas memonopoli perdagangan lada. Lebih jauh, mereka juga ingin menguasai wilayah Kerajaan Banjar dan turut campur urusan agama dan politik di lingkungan kesultanan dengan semena-mena.
Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Tamjidillah sebagai sultan secara sepihak, mengabaikan pangeran hidayatullah yang telah ditunjuk Sultan Adam sebagai penggantinya. Sikap ini membuat rakyat semakin kecewa dan berimbas pada pembubaran Kesultanan Banjar.
Tak tahan lagi dengan perilaku buruk tersebut, Pangeran Antasari yang sudah berusia sepuh pun bangkit menghimpun kekuatan rakyat untuk mengusir Belanda. Perjuangan ini dikenal dengan Perang Banjar.
3. Menyerang tambang batu bara milik Belanda
![]() |
jejakrekam.com |
Pada 18 April 1859 Perang Banjar antara pasukan yang dihimpun oleh Pangeran Antasari dengan Belanda pecah. Perang ini meliputi berbagai wilayah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Pasukan Antasari menyerang Belanda di Gunung Jabuk dan tambang Batu Bara di pengaron. Sementara, sekutu nya menyerang pos-pos belanda lainnya.
Di usianya yang sudah sepuh, Pangeran Antasari dan pasukannya menyerbu benteng pertahanan tambang batu bara Orange Nassau milik Belanda pada 25 April 1859. Orange Nassau merupakan tambang pertama milik Belanda yang terletak di Pengaron.
Penyerangan ini memicu banyak perpecahan di wilayah lain yang melawan Belanda. Perang Banjar pun mulai berkobar di hampir seluruh wilayah Banjar.
4. Diangkat menjadi Sultan Banjar dengan gelar Panembahan Khalifatul Mu'minin
![]() |
sejarahlengkap.com |
Pada Agustus 1860, pasukan Antasari kalah dalam pertempuran di Rangkau Katan. Belanda kemudian menangkap Sultan Hidayatullah, dan mengasingkannya ke Cianjur.
Pada posisi kekosongan kekuasaan tersebut, Pangeran Antasari diangkat menjada Sultan Banjar oleh rakyatnya pada tahun 1862. Kepemimpinan, perjuangan, dan kepahlawanan Pangeran Antasari sudah diakui secara luas oleh banyak kalangan. Lantaran memiliki kepribadian luhur, jujur, sederhana dan teguh memegang dasar-dasar ajaran agama, ia pun diberi gelar Panembahan Khalifatul Mu'minin yang berarti pemimpin pemerintahan, panglima perang, dan pemimpin agama.
5. Tidak mau menyerah kepada Belanda hingga akhir hayatnya
![]() |
kepogaul.com |
Berkali-kali Belanda meminta Pangeran Antasari menyerah dengan menawarkan kekayaan dan kekuasaan pada Pangeran Antasari. Akan tetapi pejuang ini menolak dan tetap melanjutkan perjuangan hingga meninggal pada 11 Oktober 1862 di Desa Bayan karena penyakit paru-paru dan cacar yang dideritanya.
Nah, itu dia kisah Perjuangan Antasari mengusir penjajah dari Bumi Lambung Mangkurat. Sesudah kepergiannya, perjuangan besar ini tetap diteruskan oleh anak keturunannya yaitu Muhammad Seman dan Ratu Zaleha.
Komentar
Posting Komentar